Terlalu Membara
Kali ini
aku coba
buat kesepakatan
dengan para
dedaunan yang
terus bergemerisik
bermain dengan
angin
Aku ingin
para dedaunan
itu diam
untuk sejenak
mendengarkan semua
yang akan
aku ceritakan
pada mereka
tentangnya
Sejenak mereka
hanya diam
tak menunjukkan
rasa simpati
sepotongpun
Selanjutnya mereka
melanjutkan candanya
dengan angin
yang semilir,
bergemeresik lagi
Aku mencari
lagi sesuatu
yang bisa
aku ajak
untuk mendengarkan
cerita hatiku
Aku temui
para burung
yang tengah
menyanyi pada
ranting-ranting pohon
yang ringkih
namun tegar
Lagi-lagi, mereka
diam sejenak,
memperhatikan ceritaku
tanpa ada
ketertarikan
Sejurus kemudian
mereka malah
terbang meninggalkan
aku yang
masih berceloteh
tanpa pendengar
Sungguh entah siapa lagi yang bersedia menjadi
pelampiasan rasa yang aku pendam ini
Mungkin semua orang takkan pernah mau, karena merekapun
boleh saja mempunyai masalah yang lebih komplek dariku
Mungkin hanya satu yang akn sungguh bersedia
mendengarkan semua ocehanku yang tak bernilai
Namun seringkali aku tidak percaya, karena aku kurang
sabar menanti kesimpulan yang Ia akan berikan
Terkadang aku lebih percaya bermain dengan prosa untuk
berbicara
Aku lebih suka yang mati tak berkuasa yang mendengarkan
jeritan linglungnya rasa yang aku miliki
Bahkan terkadang hati ini serasa ingin menjerit
kebingungan tentang apalagi yang harus dilakukan dengan perasaan yang
semakin membara tak karuan
Hati ini
bahkan menjadi
baran2
terpancing emosi
yang lebih
sering memuncak
tanpa batas
ingin dibebaskan
Maafkan aku, aku tak bisa jujur atas perasaan hati ini
Bahkan pada hatiku sendiri sekalipun aku berdusta
Arus ini terlalu membawaku terlarut dalam tepian yang
berbahaya, rawan
En Zarif Aylarca
Yogyakarta, 14 April 2013
1Terperanjat;
terkejut
2Sangat
pemarah; lekas marah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar