Minggu, 14 April 2013


Terlalu Membara


Kali ini aku coba buat kesepakatan dengan para dedaunan yang terus bergemerisik bermain dengan angin
Aku ingin para dedaunan itu diam untuk sejenak mendengarkan semua yang akan aku ceritakan pada mereka tentangnya
Sejenak mereka hanya diam tak menunjukkan rasa simpati sepotongpun
Selanjutnya mereka melanjutkan candanya dengan angin yang semilir, bergemeresik lagi
Aku mencari lagi sesuatu yang bisa aku ajak untuk mendengarkan cerita hatiku
Aku temui para burung yang tengah menyanyi pada ranting-ranting pohon yang ringkih namun tegar
Lagi-lagi, mereka diam sejenak, memperhatikan ceritaku tanpa ada ketertarikan
Sejurus kemudian mereka malah terbang meninggalkan aku yang masih berceloteh tanpa pendengar
Saat aku diam, aku terhentak, terperanjak, tersingahak1, terkejut. Mereka benar tak mau tau
Sungguh entah siapa lagi yang bersedia menjadi pelampiasan rasa yang aku pendam ini
Mungkin semua orang takkan pernah mau, karena merekapun boleh saja mempunyai masalah yang lebih komplek dariku
Mungkin hanya satu yang akn sungguh bersedia mendengarkan semua ocehanku yang tak bernilai
Namun seringkali aku tidak percaya, karena aku kurang sabar menanti kesimpulan yang Ia akan berikan
Terkadang aku lebih percaya bermain dengan prosa untuk berbicara
Aku lebih suka yang mati tak berkuasa yang mendengarkan jeritan linglungnya rasa yang aku miliki
Bahkan terkadang hati ini serasa ingin menjerit kebingungan tentang apalagi yang harus dilakukan dengan perasaan yang semakin membara tak karuan
Hati ini bahkan menjadi baran2 terpancing emosi yang lebih sering memuncak tanpa batas ingin dibebaskan
Maafkan aku, aku tak bisa jujur atas perasaan hati ini
Bahkan pada hatiku sendiri sekalipun aku berdusta
Arus ini terlalu membawaku terlarut dalam tepian yang berbahaya, rawan




En Zarif Aylarca
Yogyakarta, 14 April 2013
1Terperanjat; terkejut
2Sangat pemarah; lekas marah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar