Kamis, 26 Juni 2014



Setitik Api Berkobar
Lihat setitik api berkobar
Mengembara mencari kegelapan
Memilih tempat tak satupun meraba
Diantara berbaris lembah dan segaris jurang
Kukabarkan tentang sebuah bukit yang tak tinggi
Yang disana tertancap sumbu-sumbu
Yang telah basah terbalut beribu rindu
Menunggu datangnya ksatria pembawa genderang
Melawan arogan dalam bimbang
Tentang malam yang tak lagi benderang
Kehilangan bintang yang gerawan
Kehilangan kata-kata dalam balutan parafemia
Maka tak satupun kalimat yang terayun meninggalkan bibir
Dia telah menanti dalam diamnya
Diam dalam seribu kekhawatiran
Meninggalkan rasanya tersirat dalam tawang
Membiarkan citanya perlahan persatu melayu
Tak melarang cintaya pergi menguap perpartikelnya
Demi satu hal yang ia perjuangkan dalam hitamnya
Untuk kesekian kali berharap
Engkau izinkan ia melihat rembulannya

En Zarif Aylarca, 26 Juni 2014



Rinduku Benci
Hujan belum berhenti berisik menetes
Sisa pecahannya menemukan alurnya
Terkadang aku benci pertemuan itu
Bersatunya rindu belum juga terjadi dalam ceritaku

Jingga tak mau terlihat lemah tenggelam di ujung hari
Bersembunyi mengintip dewinya dibalik mendung tipis
Terkadang aku benci pada sore
Terlihatnya sosok putri belum ada di benakku

Bulan terlihat ceria bergurau dengan bintang yang setia menemani malam penantiannya
Tawa kecil sesekali terdengar
Terkadang aku benci pada kebersamaan itu
Bayangan teman belum pernah terbentuk dalam lingkaranku

Malam menjelang pagi
Perjalanan embun terasa semilir dingin terbawa angin
Terkadang aku benci pada cakrawala
Membuka pintu masih terlalu menakutkan dalam imajiku

Dasar, aku memang pembenci
Benciku pada para banci yang munafiq
Masih tak semembaranya benciku pada rindu

Sekali lagi aku berharap
Engkau izinkan aku menemui rembulanku
En Zarif Aylarca, 30 Maret 2014


Rembulanku
Dalam remang gelap
Lilin-lilin kecilku mulai meleleh
Terbakar bersama angin yang melintas

Aku segera selesaikan rangkaian kata dan segera kertas kusingkap
Aku simpan rapat dan takkan lagi aku menoleh
Walaupun akhirnya aku kehabisan nafas dan lemas

Dibawah gemintang yang gemerlap
Aku temukan rembulan tengah menangis
Merintih ditinggal kekasih yang tak mungkin ia temui malam ini

Aku tutup mulutku rapat nan senyap
Karena kata-kataku telah benar habis
Untuk melantunkan sebait puisi yang mewakili ungkapan hati

Seribu bahkan sejuta detik telah berlalu meinggalkan bekas nan pilu
Sebentar saja aku merasakan menit melambat dan berhenti
Dan tak kuhiraukan waktu itu membuntutiku

Gugup aku mulai meraba lagi hatiku yang penuh benalu
Sedikit demi sedikit mulai kupangkas dan mulai menemukan arti
Bahwa hati tak selalu harus membatu dan beku

Untuk kesekian kali aku berharap
Engkau izinkan aku melihat rembulanku
En Zarif Aylarca, 30 Maret 2014


Redup Menghilang
Harus berapa kali
Aku coba cambukkan cemeti ini
Untuk kembali membangunkan perasa
Yang telah hilang dalam kelamnya hati

Satu-satu mulai meredup dan hilang
Lentera yang sejak sekian lama perlahan meninggalkan
Menyisakan gelap
Meninggalkan jejak yang kelam

Dimana
Aku mencari cahaya yang tersisa
Yang sepertinya sudah membenciku
Mungkin telah menemukan sumbu yang lain untuk menambatkan cahayanya

Biarkan tiap tetesan sungai ini
Mengalir dan mengalur
Menidurkan ikan-ikan yang terbuai didalamnya
Hingga ke hulu

Untuk kesekian kali aku berharap
Engkau izinkan aku melihat rembulanku

En Zarif Aylarca, 26 Mei 2014

Minggu, 01 Juni 2014

Andai Aku Seorang Bupati...

Andai Aku Seorang Bupati
Sebagai seorang bupati atau walikota maka yang pertama mungkin saya lakukan adalah membuat ataupun menyusun tim. Dan dengan adanya tim tersebut akan kemudian merumuskan standarisasi yang sekiranya mungkin bisa diterapkan untuk meningkatkan potensi yang ada di daerah tersebut. Karena bila mungkin kita menggunakan standarisasi dari sistem nasional maka kemungkinan sebuah Madrasah Diniyah maupun Taman Baca Masyarakat akan cukup kesulitan untuk menyesuaikannya, mungkin yang bisa dilakukan adalah dengan strategi POAC (Planning, Organizing, Actuating dan Controling) dalam menyusun strategi pemetaan yang akan diterapkan di Madrasah Diniyah maupun Taman Baca Masyarakat. Dengan memperhatikan bahwa bila setingkat Madrasah Diniyah yang sepertinya berlatar pada Madrasah yang berkonsentrasi pada pendidikan agama Islam yang berkembang pada masyarakat yang perkembangannya lebih banyak terdapat pada masyarakat kalangan bawah, maka dalam hal ini bisa disisipkan standarisasi yang bisa digunakan untuk meningkatkan potensi masyarakat tersebut.
dalam memetakan mutu pendidikan di Madrasah Diniyah seorang Bupati mengacu pada langkah-langkah sebagai berikut:
1.      Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan semua data terkait dengan lembaga-lembaga pendidikan diniyah yang berada dibawah naungan daerah, dengan di tinjau dari setiap bawahan dari daerah kabupaten atau kota. Data ini diperoleh dari kecamatan, desa hierarki kebawah.
2.      Analisis data
Semua data yang diperoleh dari dokumentasi setiap lembaga pendidikan, bupati dengan di bantu oleh tim profesional mengolah serta menganalisis data dengan melihat masing-masing kriteria dari setiap lembaga pendidikan yang ada.
3.      Memetakan mutu
Setelah semua data pendidikan di anaisis bupati bisa langsung memetakan mutu dengan membuat kebijakan yang sekiranya diterima oleh setiap daerah terkait dengan pemetaan mutu yang realisasikan.
4.      evaluasi
Menilai setiap tahun bagaimana sepak terjang dari lembaga diniyah tersebut untuk di petakan mutunya kembali.
Dengan adanya langkah-langkah tersebut diatas bahwa memang pendidikan sangatlah penting, namun perlu diketahui jika ingin pendidikan itu berhasil maka perlu manajerial yang pas dan cocok untuk masa depan lembaga pendidikan itu.
Beda orang beda lagi gagasan yang diutarakan, karena itu adalah keistimewaan seorang manusia, yang memiliki beragam ide yang cemerlang untuk menata masa depan. Ide dan gagasan diatas tidak hanya dari pikiran saya semata, melainkan dari buah pikiran kawan-kawan seperjuangan saya di jurusan.