Kamis, 26 Juni 2014



Rembulanku
Dalam remang gelap
Lilin-lilin kecilku mulai meleleh
Terbakar bersama angin yang melintas

Aku segera selesaikan rangkaian kata dan segera kertas kusingkap
Aku simpan rapat dan takkan lagi aku menoleh
Walaupun akhirnya aku kehabisan nafas dan lemas

Dibawah gemintang yang gemerlap
Aku temukan rembulan tengah menangis
Merintih ditinggal kekasih yang tak mungkin ia temui malam ini

Aku tutup mulutku rapat nan senyap
Karena kata-kataku telah benar habis
Untuk melantunkan sebait puisi yang mewakili ungkapan hati

Seribu bahkan sejuta detik telah berlalu meinggalkan bekas nan pilu
Sebentar saja aku merasakan menit melambat dan berhenti
Dan tak kuhiraukan waktu itu membuntutiku

Gugup aku mulai meraba lagi hatiku yang penuh benalu
Sedikit demi sedikit mulai kupangkas dan mulai menemukan arti
Bahwa hati tak selalu harus membatu dan beku

Untuk kesekian kali aku berharap
Engkau izinkan aku melihat rembulanku
En Zarif Aylarca, 30 Maret 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar