Kamis, 10 Maret 2016



Takut 

Aku ingin sederhana
Namun terlalu sering bermain dengan imaji
Masa yang panjang tak bisa meneguhkan
Maaf, dalamnya rasaku hanya berupa kehampaan
Bukan bermaksud melupakan cerita
Tapi aku hanya takut melahirkan derita
Hidupku hanya bagimu,  demi
Luka telah terbiasa bersarang menempel lekat
Dimana lagi terserah
Aku tak peduli
Tak pantas rasa rindu ini kupasrahkan
Memandang rembulan cukup bagiku
Menusuk diksi yang kutulis, bisa
Yang penting tak lagi aku harus terbeban dengan janji komitmen yang kuragui
Aku hanya takut tak bisa
Aku hanya khawatir tak mampu
menjagamu

-ISANI- (11 nov 15)





Ia

Kata demi kata
Ujung pena membelah garis
Sajak yang ingin aku buat untuk melukis
Berahir dengan putus asa
Gambaran itu terlalu indah untuk digambarkan
Maaf, imajiku berbatas
Diksi yang kusiapkan luruh satu persatu
Rima yang aku selaraskan pudar tak berbekas
Ia terlalu indah

-ISANI-


Membunuh Senja

Sementara diujung lipatan menikam lewat durinya yang menghunus
Mencari ulu untuk memastikan nyawanya
Mencekam gelap yang mencekik
Pijar-pijar bintang memberi sehela nafas
Meninggalkan pita merah yang kembali ke ufuk
Melingkarkan purnama yang tidak sempurna
Menggulung, memutar, menggilir waktu
Terus, pelan namun pasti, meneteskan masa, tergumul didalamnya, kisah siang yang sejenak terlupa.

-ISANI-